Gugun dan Kekejaman Media

April 3, 2009

Diiringi petikan gitar Tito Soemarsono, dengan lirih, Gugun  bernyanyi, “Kupersembahkan lagu ini. Sebagai tanda cinta kasihku. Padamu setulus hati ini untukmu… Kau permata hati….

Di sisi kiri Gugun, Anna Marrisa, istrinya, mengejapkan mata, berkali-kali. Tangan kanannya terus sibuk mengusapi pundak Gugun. Dan ketika lagu itu sampai di bagian tengah, airmata Anna pun tumpah. Dia peluk Gugun, dia ikuti larik-larik lagu itu, dia biarkan pipinya basah….

Saya tahu, pikiran Anna tidak sepenuhnya berada di situ.

Berkali-kali dia terlihat menengadah, bukan saja menahan airmata yang akan tumpah, melainkan juga mencoba mengais kenangan lama, yang selalu hadir ketika lagu itu dinyanyikan. Di talkshow  ”Just Alvin” itu, Anna terpenjara antara kenangan dan kenyataan.

Juga harapan.

Dan gelora cinta.

Tapi tangis itu, saya kira, setengahnya juga berisi rasa nyeri; kepedihan harus merawat cinta di tengah masyarakat yang mengimami gosip, dan menjadikan prasangka sebagai agama. Kesakitan ketika dia harus membuka diri, menyingkapkan rahasia, sehingga massa percaya bahwa benih yang tumbuh dirahimnya berasal dari pancaran cinta dan bukan tindak istri yang durhaka, bahwa Gugun masih seorang lelaki yang “bisa”.

“Banyak orang yang masih mengira Gugun mungkin nggak ‘bisa’. Aku dibilang melakukan dengan orang lain. Cuek sajalah. Yang tahu bagaimana sebenarnya, aku dan keluarga. Memang sih tidak seperti dulu, aku yang harus banyak memulai. Tapi dia bisa melakukannya, semua normal,” cerita Anna.

Tapi Anna tahu, cerita dia tak sepenuhnya dipercaya. Atau, jika pun ada yang percaya, juga dengan gelengan kepala, ketakmengertian, mengapa Anna tega berasmara-ria ketika Gugun masih setengah alpa.

Anna, atas nama cinta, juga untuk menjaga nama baik diri dan suaminya, akhirnya harus menelan kepedihan, dan menceritakan proses persetubuhannya, lengkap dengan lenguhannya. Ia tak kuasa untuk melawan “Insert” dan “Silet” yang telah diimani banyak orang.

“Aku harus goda-godain bagian tertentu di tubuhnya. Aku raba-raba. Aku taruh tangan dia di bagian tertentu tubuhku.

“Kalau mood-nya lagi bagus, kira-kira 10 menit, ada reaksi-reaksi kecil.

“Aku ‘karoke’ dia. Kadang aku suka ngomong gini ke dia, ‘Sayang, maaf ya, istrimu ini agresif, istrimu ini gila’.

“Selanjutnya normal, dia bisa mencumbu, dia bisa meremas, seperti normalnya saat kami ML. Tapi memang pelan, arah-arahan juga terus aku lakukan. Habis ini tangannya ke sini, ke situ. Sejak dua bulan lalu, dia sudah bisa posisi di atas. Juga posisi duduk, dia yang memangku aku.

“Kalau sudah dirangsang, diarahkan, selanjutnya mengalir begitu saja. Mencumbu, kissing-nya juga pagut-pagutan.

“Lamanya dia sekitar 20 menit sampai setengah jam. Tapi dengan jeda-jeda, nggak terus-terusan.

“Reaksi Gugun ya kayak dulu, ada suara-suara gitu. Kadang kalau aku tanya, ‘Yang, bagaimana? Enak?’ Dia bisa jawab, ‘Enak banget’.

“Minimal seminggu sekali, biasanya malam. Tapi buat aku, enaknya seminggu dua kali. Kapan saja melihat Gugun, aku pengin kok.”

Sedetil itu Anna bercerita, seberani itu dia membuka rahasia, masyarakat –seperti kata infotainmen– masih bertanya, apakah mungkin Gugun yang sempat sekian lama koma, bahkan pernah lupa nama diri dan istrinya, benar-benar ‘bisa’? Dokter Boyke pun diajak bicara. Ketika Boyke justru menguatkan cerita Anna, keraguan masih terus dipupuk, biar cerita masih seperti kerupuk, renyah dan kemriuk. Boyke diragukan, Naek L Tobing diundang. Hasilnya sama. Ketaklumpuhan Gugun menjadi indikasi tentang kelelakiannya yang tak ikut piuh.

Infotainmen percaya? Tentu tidak. Pertanyaan terus dilemparkan, meskipun Gugun ‘bisa’, tapi apakah spermanya dapat membuahi? Maklum, setiap hari Gugun harus menelan 22 jenis obat kimia. Tidakkah spermatozoa-nya terganggu?

Tentu, dokter pun, tanpa meneliti, tak bisa memberi jawaban pasti. Dan ketakpastian itulah yang dicari infotainmen untuk berspekulasi. Anna, setelaten apa pun dia mencinta dan merawat Gugun seperti terlihat di kamera, sebanyak apa pun airmata yang dia tumpahkan, dalam kondisi ini, tetaplah didudukkan sebagai terdakwa. Dan tak ada seorang pun yang bisa menjadi pembela, yang menyaksikan persetubuhan mereka.

Wajarlah ketika Alvin bicara, “Mas Tito, Mas Riko Ceper, Mas Sys NS, semua yang hadir di sini, datang untuk Gugun. Agar Gugun cepat pulih, cepat sehat, agar kita dapat lagi bersama-sama. Agar Gugun tahu bahwa banyak sekali yang berdoa untuk kesembuhan Gugun…” Anna tak mampu menahan isaknya.

Sedu itu, bagi saya, adalah gugatan Anna kepada media, yang telah mendudukkannya menjadi terdakwa, sebagai istri yang tak setia. Dalam tangis itu, saya percaya, Anna  pasti berdoa, “Yang, cepatlah sehat, cepatlah bicara. Jadilah pembela, untukku, untuk anak kita….”

 

[Dalam bentuk yang lebih ringkas, telah dimuat sebagai "Tajuk" di tabloid Cempaka, Sabtu 4 April 2009]