Kala Bayang
August 20, 2008 · Print This Article
keakraban kita dulu alangkah
tanpa batas. keakraban yang kita pintal dulu
alangkah seumpama rama-rama yang bebas
sungguh seumpama rama-rama dan
musim bunga, musim bunga dan
rama-rama, dan bunga-bunga…*
cantik, masih ingat kamu dengan semua percakapan kita? hari ini, aku membaca ulang semua bincang kita. entah kenapa, aku kangen banget sama kamu, dan aku malu. ini kejadian yang langka; aku kembali ke muasalku, mengedepankan rasa, bertungku dan hangat dengannya.
membaca ulang ucap-riang itu, senyum dan rasa bahagia mendatangiku lagi. aku takjub pada kebersamaan kita dulu –alir cerita yang dahsyat, alur yang begitu lena, pembagian tawa dan luka yang mahasempurna– yang kini, aduh, entah kemana? aku takjub dengan keberanianku dulu, yang demikian nyaman mengungkapkan betapa aku kangen kamu, sayang kamu, dan ingin –suatu waktu– menikmati malam dan hujan denganmu. aku takjub dengan magnit dan segala suasana, yang membuatku terhubung denganmu, salut dengan diriku yang begitu ikhlas terbuai dengan rasa itu, tanpa takut kehilangan apa pun dari harap yang jelas tak bersandar pada sebuah nisbat tentang kebersatuan.
kukira, dulu, aku jatuh cinta padamu. sekarang, aku tahu, aku memang pernah mencintaimu. dan mungkin akan mencintaimu lagi, jika kau satukan ruang-waktu untuk kembali menyapaku.
ah, sudahlah. aku menyapamu, hanya mengabarkan, betapa aku memutar ulang kembali apa pun tentang kita; semuanya, tanpa sisa, memamahnya, mencoba mengerti, mencari lagi, semoga magnit itu, masih memberi kesempatan untuk menautkan kita, membuat kenangan yang lebih banyak, lebih panjang, lebih melenakan, lebih ngalir, meski tak kita bebankan pada tujuan.
aku mengenangmu, cantik: mengenangmu, sama seperti ketika kali pertama kita berbaku sapa, kala aku membayangkan kamu, dalam bingkai yang tak tercemari apa pun, sampai kini.
maafkan, jika kekangenan ini, sekarang, mengganggumu.
*) dikutip dari ingatan pasase pertama dari novel segi empat patah sisi
kangeni aku, pasti tak pernah merasa terganggu.
siopo tho iki?
mas… rumahmu baru to.. aku lama tidak dolan tahu2 udah ada rumah baru ini. keren mas… lebih asik dan beragam…
makasih, mbak. “arsitekturnya” aja yang baru, suasana dan keakrabannya (halah!) masih sama, kok.
Membaca blog Ia selalu mbuatku merasa seperti jatuh cinta, ditinggalkan kekasih, kosong, rindu, perih, tapi juga menerima dengan sepenuh hati. Seperti benar-benar mencintai. Seperti… aku adalah bagian dari cerita itu.
kereeeeeeeeeeeeeeeeen…………….
ah.. pokonya.. nge-fans dehhh….=p
eh, afifa, gimana kuliahnya? masih terus menulis cerpen, kan? thanks ya?
Aku kangen pda keberanianmu. Hahaha…
halah! padahal aku sing kangen pada “pemenuhan” janji sampeyan. capek menanti, tekanan batin, hahaha…
hmm.. ini tentang “kangen” yak .. hiks aku jadi mewek .. baca ini soale lagi kangeeeeen bangeeeet. salam kenal yaak mas.. atau mba nich
hushh, jangan mewek, batal atuh puasanya, hihiihi
akhirnya aku datang..bersemayam sejenak, dan duhai indahnya…
selamat datang, dan bersemayamlah dengan tenang, hihihi
Berbaring sakit, tidak melakukan apapun selain menikmati rasa kangen…wuih nikmat.
nunggu.
Eh,’mimpi’ - nya oke bnget.
Tp dah lama gk bisa nulis yg romantis ya?
Kapan dong novelnya terbit?
tunggu aja tanggal mainnya, hehehe
aku kangeeennnnnn………..
aku juga. tapi waktu dan kau tak lagi memihakku…